terkembang layar,
jutaan bayar,
dibohongi tak sadar.
Saat itu aku berada di musim semi 8 tahun yang lalu. Berbekal pakaian seadanya melalang buana negeri seberang. Di awal kedatangan, aku menginap di youth hostel berpindah 3 kali, diatur seorang pengantar dari Jakarta. Aku berjalan di sebuah jalan bernama Damrak, pusat pertokoan, cafe dan restaurant di central Amsterdam, dipenuhi tourist manca negara. Dalam kesendirian kesana kemari, suatu ketika kami memasuki gang sempit tengah kota. Pemandangan menjadi sungguh luar biasa, saat kulihat kanan kiri kaca kamar sempit berisi perempuan-perempuan berbikini minim. Lampu keremangan berwarna merah menyala menambah semarak jalan Zeedijk. Kami serombongan 9 orang, bersempat diri menikmati sajian nasi goreng bikinan restaurant Indonesia di jalan warmoestraat (sudah tidak ada lagi). Bolak balik kami lakukan aktifitas yang sama selama seminggu, sebelum akhirnya kami berpencar di berbagai kota. Kudengar, 1 teman dari kota kelahiranku, menuju denhaag, 6 orang lain menuju Rotterdam, si pengantar pulang ke Jakarta, dan kutetap diri di Amsterdam.
mengarungi samudra,
sampai Amsterdam,
nonton hanya bra
Orang-orang memandangku, melihatku dengan pandangan aneh. Aku memandang mereka lebih aneh dari tatapan mereka, sambil bertanya di dalam hati "kenapa kalian memandangku seperti itu ?" Aku berpikir sejenak "kenapa?". Aku hanya bisa menduga, mungkinkah karena aku mengenakan jaket sangat tebal berisi bulu angsa, yang kubeli di kota asalku berbandrol dollar ? Barangkali memang benar, karena kulihat orang-orang berjalan hanya mengenakan pakaian tipis, sedangkan aku berjaket isi bulu angsa, berat menopang hampir terjungkal ke belakang. Orang yang lalu lalang memandang aneh dan sangat kontras jalan panas di musim semi, kuberjaket tebal. Cuaca memang terang, sinar matahari terasa hangat. Tetapi kulitku menolak panas, menyerap dingin semilir angin laut. Awalnya jaket membuat badan terasa hangat, tetapi kemudian terasa dingin merayap di wajah, turun dari ubun-ubun ke seluruh badan. Brrrrrr.....
di dekap angin laut,
gelombang beku,
menggetar kuku.
Cerita kisah klasik, pendatang ditipu makelar berkedok agen tenaga kerja dari kota asal, kerjasama cukong Jakarta. Habis sudah masa depan kampung sendiri, mengais sampah negeri antah berantah. Rakyatnya asing, tinggi besar berambut blonde, bermata biru, berkulit putih, berhidung mancung. Perempuan asing itu cantik menawan harum, lakinya gagah tampan bau. Bergaya metropolis, hanya duduk di teras cafe, menikmati beer, cocktail dan minuman alkohol on the rock (pakai es batu, pengusir panas). Pasangan itu duduk di pojok, sambil menikmati musik violin dari pengamen jalanan, di tengah obrolan santai. Rombongan berjas seragam, duduk sekitar meja bundar, bicara serius terlihat mimik. Mereka mungkin bicara bisnis atau mungkin menggossip skandal bos kantor.
minum beer Grolsch,
sembari ngobrol,
buih alcohol.
memutar waktu,
mendulang batu,
lepas beban sepatu
Amsterdam 3 Mei 2010
Anton Dwi
[HAIBUN 1] Waktu
About Admin KITA Jokowi xyz
Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.