Dalam kegelapan malam, terbersit sinar petromax tetangga, sinar itu menampakkan serombongan serangga yang bergerak terbang keatas, seakan-akan keluar dari tanah dan pergi menghampiri datangnya sinar lampu. Hari itu telah turun hujan, gerimis menandai basah setapak depan rumah. Bunyi hujan yang rintik-rintik menambah gegap gempita melody nyanyian alam.
kulihat kunang-kunang,
di titik air,
cermin di air.
cahaya kunang-kunang,
laksana sorga,
sinari hati.
gerimis kunang-kunang,
curahan langit,
basah dan segar.
Malam lengang menjadi sesak, berhimpit ketiak bulan purnama, menambah keangkeran suara anjing melolong khas suasana desa terpencil. Tepat jam 03.00 dini hari, lewatlah sebuah truck pengangkut rombongan kesenian tayub, lengkap dengan seperangkat gamelan. Sang lédék tayub berumur setengah lanjut, tapi masih terlihat raut kecantikannya. Sang lédék duduk disamping si sopir truck, masih sibuk menghitung saweran hasil menghibur saudagar kaya penghuni desa. Dihimpit dua lelaki, si mandor Tayub dan si sopir truck mengundang hasrat si mata jalang, si sopir mulai beraksi, gerilya jemari menggoda, sampai terdengar jeritan kecil di tengah malam buta.. Apa yang terjadi ?? Situasi jalan sungguh gelap,tak ada lampu jalan, hanya lampu truck yang menyinari jalan mendaki terjal berbatu. Resiko genit sang lédék dan binal jemari si sopir dibayar mahal malam itu, truck tergelincir mundur berjalan miring masuk jurang, penumpang belakang pemain gamelan terjatuh dan terhajar truck guling. Penabuh Gong kehilangan kepala, patah seketika. Jeritan dan teriakan tolong-tolong terdengar sampai desa terpencil, dimana aku menginap. Penduduk desa berhamburan berlari keluar rumah, tatkala bunyi kentongan berkumandang riuh rancak memanggil, sampai membangunkan mimpi basahku..... dan yang masih terngiang di telinga hanya sebuah Puisi Haiku menceritakan kehidupan malam sang penghibur Tayub yang berakhir naas.
genitnya malam,
menghantar fajar,
aroma khas penyair.
nyalakan perapian,
hangatkan badan,
menghimpit tindih.
seekor nyamuk mabok,
teteskan bau,
gelepar rintih.
kucing di loteng,
melenguh tak bernafas,
sampai di puncak.
lolongan anjing,
pertanda malam ngeri,
korbannya mati.
Saat itu aku keluar dari kamar tidurku, rumah pak guru desa, berjalan menuju rumah kepala desa. Disana menginap teman-temanku yang puteri, kulihat wajah-wajah ketakutan ngeri. Aku merasa biasa saja, karena saat kejadian ramai, aku masih tertidur, jadi tidak mendengar perbincangan penduduk desa. Aku hibur teman-teman puteri di rumah kepala desa itu, teman laki tidak terlihat, mendapat kabar mereka ke lokasi kejadian di bukit jambu mete, dengan membawa alat pacul dan sekop. Saat itu bapak kepala desa juga tidak terlihat, mereka belum kembali. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh ketukan di pintu depan rumah joglo itu, tok tok tok seperti bunyi beil di rumahku di kota Semarang, jam menunjukkan pukul 04.00. Siapa yang datang ? Kami tak berani membuka pintu, karena diluar masih gelap gulita, dan kami hanya diam membisu. Di jendela terdengar suara - suara aneh seperti suara anjing menggaruk - garuk dan menggonggong, bulu kudukku merinding juga akhirnya. Suara ketokan pintu diulang sampai tiga kali dalam selang waktu 1 jam : tok tok tok. Karena tidak tahan mendengar suara ketukan pintu menyayat hati, miris meringis, akhirnya kuberanikan diri membuka pintu. Tepat berdiri di depanku seorang laki-laki berbadan kecil kurus, beraut wajah seperti tikus. Dia mencari kepala desa, kujawab "dia di bukit jambu mete, bersama pinisepuh dan pemuda desa mengevakuasi korban kecelakaan truck rombongan Tayub." Dia bilang terima kasih dan pergi.... singkat sekali pertemuan kami.. ada kesan yang terlukis dalam puisi Haiku ini :
bertamu tak diundang,
pencet tanda bel,
anjingnya gonggong.
menunggunya satu jam,
lama dibuka,
tak ada orang.
adatnya aneh,
bertamparemen ganda,
slumatnya slumut.
perangai aneh,
sulit ditebak,
siapakah tamunya?
bergidik bulu roma,
ilusi ngeri,
bertemu syetan.
Amsterdam, 31 Maret 2010
Anton Dwi
[HAIBUN] Nostalgia dusun Bicak
About Admin KITA Jokowi xyz
Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.